MENGAPA MANCHESTER UNITED JUARA DAN ARSENAL TIDAK?
Sejak bergantinya format kompetisi teratas liga Inggris menjadi English Premier League (EPL) atau sekarang lebih dikenal dengan Barclays Premier League (BPL) sesuai nama sponsor utama, Barclays sudah ada lima tim yang berhasil menjadi kampiun. Blackburn Rovers, Manchester United, Arsenal, Chelsea, dan Manchester City adalah tim-tim yang berhasil mengangkat tropi liga paling menarik di dunia tersebut. Di antara tim-tim tersebut Manchester United dan Arsenal menjadi peraih gelar terbanyak. United 12 kali (bisa bertambah menjadi 13 di akhir musim nanti) dan Arsenal tiga kali. Belakangan raihan Arsenal tersebut disamai oleh Chelsea.Rivalitas antara kedua tim itu begitu kental. Namun, seolah itu menjadi cerita lama. Kini, rivalitas Red Devils dan The Gunners tidak sepanas dulu. Ketimpangan prestasi menimbulkan gap di antara keduanya. Terakhir Arsenal mengangkat tropi pada 2004, sedangkan pada periode setelah itu United berhasil mengangkat tropi sebanyak empat kali. Pertanyaannya, mengapa Manchester United juara dan Arsenal tidak?
Ada banyak faktor yang melatarbelakanginya, di antaranya adalah:
- Kebijakan Manajemen
Sebaliknya, target United dari musim ke musim adalah mengangkat tropi. Kepemilikan yang berpindah ke tangan keluarga Glazer sempat memunculkan kecemasan bahwa United akan melakukan penghematan untuk menutup utang-utang keluarga Glazer. Kenyataan tidak sepenuhnya seperti itu. Pengaturan keuangan untuk pos penguatan squad selalu ada. Hasilnya adalah empat tropi setelah kepemilikan Glazer di tahun 2005.
- Penanaman Mindset Pemain Muda Akademi
Mengapa demikian? Akademi Arsenal lebih mendewakan skill individu daripada mental pemain. Inilah yang membuat pemain muda jebolan akademi Arsenal semacam Chamberlain, Bendtner, Diaby, dan tim secara keseluruhan kerap tampil angin-anginan. Sebaliknya, akademi Manchester United lebih mengutamakan penguatan mental dalam diri pemain mudanya. Lihatlah konsistensi permainan Jonny Evans, Cleverley, hingga Rafael da Silva. Mereka lebih mampu menghadapi tekanan dan situasi sulit kompetisi.
- Strategi Transfer Pemain
Hal berbeda terjadi di Manchester United. Fergie (sapaan akrab Sir Alex Ferguson, Manajer Manchester United) tidak akan melepas pemain bintangnya kecuali karena konflik dan alasan kuat sang pemain yang memang benar-benar ingin pindah. Fergie relatif bisa meyakinkan pemainnya untuk bertahan. Kasus Cristiano Ronaldo tahun 2006 adalah contohnya. Fergie juga mampu menutupi kepergian pemain kunci dengan mendatangkan pemain baru. Beckham pergi Ronaldo datang. Roy Keane pergi Carrick datang. Nistelrooy hengkang, datanglah Berbatov. Teranyar, Ronaldo hijrah ke Madrid, Valencia dan Nani mampu menggantikan peran sang bintang.
- Keberadaan Pemain Senior
Arsene Wenger, manajer Arsenal memiliki kebijakan hanya akan menyodorkan perpanjangan kontrak satu musim untuk pemain yang berusia di atas 30 tahun. Akibatnya, pemain-pemain senior yang mampu mengangkat permainan sekaligus moral tim hengkang. Patrick Vieira, Sol Campbell, Robert Pires, dan Thierry Henry adalah contohnya. Praktis Arsenal jarang memiliki pemain senior dalam tim setelah kepergian mereka.
Hal sebaliknya terjadi di kubu Setan Merah. Fergie tetap mempercayakan pemain senior untuk menjadi bagian penting dalam tim. Gary Neville bermain hingga pensiun di Manchester United. Bahkan, Paul Scholes yang sudah pensiun pun mau merumput kembali akibat krisis lini tengah United. Edwin van der Sar menjadi kunci di bawah mistar gawang United pada usia senja. Hingga kini pun United masih mempertahankan Ryan Giggs, Paul Scholes, dan Rio Ferdinand di tim utama United.
Walaupun sejatinya peran pemain senior di atas lapangan kadang kalah dengan pemain muda akibat kendala kebugaran, peran pemain senior lebih dibutuhkan di luar lapangan. Peran pemain senior sangat penting ketika tim dalam situasi terpuruk. Pemain senior biasanya mampu memotivasi dan mengangkat moral tim dengan pengalamannya. Pemain senior juga bisa menjadi contoh dan mentor yang baik bagi pemain muda ketika latihan maupun menghadapi pertandingan-pertandingan yang berat.
Dari kacamata manajemen mungkin Arsenal yang miskin tropi bukan suatu masalah yang besar, namun lain halnya di mata para fans. Ya, segala sesuatunya memang bersumber dan kembali pada manajemen. Hasil akhir yang didapat oleh sebuah tim dan sebuah organisasi terlahir dari bagaimana manajemen men-setting kebijakan-kebijakan. Terkadang kita hanya berfokus dan menyalahkan pada hasil akhir, padahal sejatinya ada hasil lain yang tidak kalah penting di luar hasil akhir yang kita (orang di luar manajemen) inginkan. Bukan tidak mungkin dengan strategi yang tepat, setelah pelunasan utang pembangunan Stadion Emirates, Arsenal akan kembali menjadi peraih gelar juara Liga Inggris. Fans Manchester United pun tentunya merindukan rivalitas panas yang terjadi di awal 2000-an. Kita lihat saja nanti London atau Manchester yang akan lebih “merah”. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar